Silahkan dibaca untuk lebih tau tentang wanita terutamanya ibu :)
Wanita, perannya dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)
Begitu pula dalam firman-Nya, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Maka dari hadist tersebut diatas hendaknya kita harus lebih menghormati ibu kita. Wanita adalah kaum yang sensitife namun mereka memiliki kekuatan yang terpendam. Dan Islam sangat memuliakan wanita. Yaitu menempatkan wanita sebagaimana tempat yang semestinya. Sungguh mulia kedudukan wanita dalam islam. Dan wanita merupakan hiasan dunia, seindah hiasan adalah wanita solehah, hati wanita lembut tapi tegas dalam menegakkan pendirian.
Dan ada beberapa hadist lain yang memerintahkan kepada kita agar kita menghormati orang tua kita :)
Al-Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`di rahimahullahu berkata dalam tafsirnya terhadap surat Al-Ahqaf ayat 15, “Ini merupakan kelembutan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya dan kesyukuran-Nya kepada kedua orangtua. Di mana Dia mewasiatkan kepada anak-anak agar berbuat baik kepada kedua orangtua dengan menunjukkan kepada keduanya perkataan yang lembut, kalimat yang lunak/halus, memberikan harta dan nafkah serta sisi-sisi kebaikan lainnya.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan peringatan dengan menyebutkan sebab seorang anak harus berbuat baik kepada orangtuanya. Dia menyebutkan kesulitan-kesulitan yang ditanggung/dipikul oleh seorang ibu saat mengandung anaknya, kemudian kesulitan yang besar saat melahirkannya, lalu kepayahan menyusuinya dan memberikan pelayanan dalam mengasuhnya. Kesulitan dan kepayahan yang disebutkan ini dihadapi bukan dalam masa yang pendek/singkat, sejam atau dua jam. Tapi dihadapi dalam kadar masa yang panjang “tiga puluh bulan”, masa kehamilan selama sembilan bulan atau sekitarnya dan waktu yang tersisa untuk masa penyusuan. Ini yang umum terjadi. Ayat ini dengar firman-Nya:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ
“Dan para ibu hendaknya menyusui anak-anak mereka selama dua tahun yang sempurna.” (Al-Baqarah: 233)
dijadikan sebagai dalil untuk menyatakan bahwa minimal masa kehamilan itu enam bulan. Karena masa menyusui (sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat di atas) lamanya dua tahun (24 bulan). Bila diambil dua tahun (24 bulan) dari masa 30 bulan maka tersisalah enam bulan sebagai masa kehamilan.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 781)
Dari ayat, hadits dan penjelasan di atas tampaklah bagi kita peran agung seorang ibu. Ia telah mengandung anaknya selama sembilan bulan lebih beberapa hari, dengan kepayahan, keberatan, dan kesulitan. Tiba saat melahirkan, ia pun berjuang menghadapi maut. Sakit yang sangat pun dialaminya untuk mengeluarkan buah hatinya ke dunia. Tidak sampai di situ, setelah si anak lahir dengan penuh kasih disusunya kapan saja si anak membutuhkan. Tak peduli siang ataupun malam sehingga harus menyita waktu istirahatnya. Kelelahan demi kelelahan dilewatinya dengan penuh kesabaran dan lapang dada, demi sang permata hati.
Untuk itu semua pengorbanan yang telah diperjuangkan oleh ibu kita merupakan suatu perjuangan yang tiada taranya, kita pun mungkin tak bisa membalas sepenuhnya, tapi bukan salahkan jika kita membuat ibu kita bahagia di setiap hari-harinya selama kita masih bisa bersamanya dan kita masih bisa membuat beliau bangga terhadap kita, jangan sampai penyesalan akan tingkah laku kita nantinya di waktu beliau telah tiada. Dan hanya air mata bukan yang menetes dari diri kita dan juga penyesalan atas semuanya.
Saya sendiri pun yakin, setiap hembusan nafas kita bisa membuat beliau bahagia tetapi juga bisa membuat beliau sakit hati ataupun kecewa akan tingkah kita. Semua yang kita butuhkan beliau telah siapkan, tak hanya kasih sayang namun hal kecil pun yang tidak kita sangka beliau telah perjuangkan untuk kita. Marilah kita buat ibu kita selalu tersenyum bahagia disetiap hari-harinya, dan jangan pernah mengecewakannya.
Dan jangan pula kita mengeuarkan kata-kata yang sekiranya tak pantas untuk kita haturkan kepada ibu kita, sayangilah mereka selagi kita bisa, minta maaflah selagi kita sempat untuk minta maaf dan banggakan selagi kita mampu untuk membanggakannya :) ibu kita adalah pahlawan kita, karenanya kita bisa tumbuh dan berkembang hingga menjadi seorang yang dewasa.
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/akhlak-adab/kedudukan-seorang-ibu/#more-2489
http://blog.re.or.id/peranan-wanita-dalam-islam.htm
0 komentar:
Posting Komentar